Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Metode Longitudinal dalam Psikologi Perkembangan

Siti Patayat, Menggapai Bulan.


Metode Longitudinal dalam Psikologi Perkembangan

Metode longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama , misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati , atau mengikuti perkembangan seseorang dalam sebagian waktu hidup , yaitu misalnya selama masa kanak –kanak atau selama masa remaja. Dengan metode ini biasanya diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.

   Keuntungan metode longitudinal adalah : Bahwa suatu proses perkembangan dapat diikuti dengan teliti.
   Kerugian metode longitudinal ialah : Bahwa penyelidik sangat tergantung pada orang yang  diselidiki tersebut dalam jangka waktu yang cukup. Hal ini sering menimbulkan kesulitan , misalnya bila orang yang diselidiki tadi tiba- tiba pindah tempat atau meninggal.

Metode transversal atau metode kros- seksional diselidiki orang –orang atau kelompok orang dari tingkatan usia yang berbeda – beda, karena dengan metode ini dapat diperbandingkan , misalnya : meneliti orang dari status masyarakat  yang berbeda- beda.
Metode lain yang disebut time- lag membandingkan orang- orang dari usia yang sama tetapi dari kohort yang berbeda- beda ( kohort = kelompok orang yang lahir dalam tahun yang sama). Wheeler ( 1942 ) menemukan bahwa anak- anak dari usia dan daerah yang sama lebih tinggi skor tingkah laku kecerdasannya pada tahun 1940 daripada pada tahun 1930.
Dapat diadakan kombinasi metode longitudinal fdan kros-seksional dengan meneliti beberapa kelompok selama beberapa tahun. Misalnya selama tiga tahun, tetapi diusahakan sedemikian rupa sehingga usia kelompok satu dengan yang lainnya saling menutupi. Misalnya kelompok yang satu terdiri dari anak umur 12, 13, dan 14 tahun, kelompok yang lain umur 14, 15, dan 16 tahun. Sifat longitudinalnya ada dalam mengikuti kelompok yang tadi selama tiga tahun berturut- turut , sedangkan kros-seksionalnya dapat dilakukan dengan membandingkan usia 14 tahun yang saling menutupi tadi mengenai beberapa tingkahlaku tertentu.
Di Nijmegen , Nederland pernah diadakan penelitian mengenai perkembangan anak dengan memakai metode kombinasi itu.( lihat Wels van den Munckhof , 1974; Prahl – Andersen B . dkk. 1979 ) Metode Longitudinal vs. Transversal
Yang disebut metode longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama , misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati , atau mengikuti perkembangan seseorang dalam sebagian waktu hidup , yaitu misalnya selama masa kanak –kanak atau selama masa remaja. Dengan metode ini biasanya diteliti beberapa aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
   Keuntungan metode longitudinal adalah : Bahwa suatu proses perkembangan dapat diikuti dengan teliti.
   Kerugian metode longitudinal ialah : Bahwa penyelidik sangat tergantung pada orang yang  diselidiki tersebut dalam jangka waktu yang cukup. Hal ini sering menimbulkan kesulitan , misalnya bila orang yang diselidiki tadi tiba- tiba pindah tempat atau meninggal.
Metode transversal atau metode kros- seksional diselidiki orang –orang atau kelompok orang dari tingkatan usia yang berbeda – beda, karena dengan metode ini dapat diperbandingkan , misalnya : meneliti orang dari status masyarakat  yang berbeda- beda.
Metode lain yang disebut time- lag membandingkan orang- orang dari usia yang sama tetapi dari kohort yang berbeda- beda ( kohort = kelompok orang yang lahir dalam tahun yang sama). Wheeler ( 1942 ) menemukan bahwa anak- anak dari usia dan daerah yang sama lebih tinggi skor tingkah laku kecerdasannya pada tahun 1940 daripada pada tahun 1930.
Dapat diadakan kombinasi metode longitudinal fdan kros-seksional dengan meneliti beberapa kelompok selama beberapa tahun. Misalnya selama tiga tahun, tetapi diusahakan sedemikian rupa sehingga usia kelompok satu dengan yang lainnya saling menutupi. Misalnya kelompok yang satu terdiri dari anak umur 12, 13, dan 14 tahun, kelompok yang lain umur 14, 15, dan 16 tahun. Sifat longitudinalnya ada dalam mengikuti kelompok yang tadi selama tiga tahun berturut- turut , sedangkan kros-seksionalnya dapat dilakukan dengan membandingkan usia 14 tahun yang saling menutupi tadi mengenai beberapa tingkahlaku tertentu.
Di Nijmegen , Nederland pernah diadakan penelitian mengenai perkembangan anak dengan memakai metode kombinasi itu.( lihat Wels van den Munckhof , 1974; Prahl – Andersen B . dkk. 1979 )
baca juga PendekatanLintas Budaya dalam Psikologi Perkembangan

Post a Comment for "Metode Longitudinal dalam Psikologi Perkembangan"